34ºc, Sunny
Halo... Berita hari ini 14-Mar-2025 2:30:32
MENINGKATNYA EKSPOR PENGANGGURAN PUN IKUT MENINGKAT
Provinsi Banten merupakan provinsi dimana terdapat banyak ragam produk unggulan Industri kreatif yang dihasilkan mulai dari kain tenun khas Banten, makanan tradisional, minuman, kerajinan dari bambu, tas, dompet dari kulit dan lain-lain.
Dari 16 subsektor industri kreatif di Indonesia yang berkontribusi terhadap PDB nasional di dominasi oleh 3 subsektor kuliner 41,69%, fashion 18,15%, kriya 15,70%, sementara itu produksi terhadap eksport Indonesia di dominasi oleh subsector berturut-turut fashion (56%), kriya (37%), kuliner (6%) dan lainnya (1%), sementara dilihat dari asal masing-masing provinsi Jawa Barat (33,56%), Jawa Timur (20,85%), Banten (15,66%) merupakan 3 provinsi yang memberikan kontribusi paling besar dan menyerap tenaga kerja yang didominasi lulusan SMP 36,10%, SMA 57,20% dan Diploma keatas 6,70% (BPS., & BeKaf, 2018)
Menempatinya peringkat ketiga Banten dalam kontribusi ekspor produk industri kerajinan, namun hal tersebut belum mencerminkan secara utuh produk kerajinan yang sesungguhnya hal tersebut berdasarkan data masih didominasi komoditas sepatu dan peralatan kaki lainnya, sementara tingkat pengangguran terbuka Provinsi Banten mencapai 6,68% posisi kedua tertinggi di Indonesia hal tersebut menunjukan bahwa peran industri kreatif sektor industri kerajinan belum optimal dalam mengatasi permasalahan pengangguran (BPS, 2024).
Kondisi tersebut perlu adanya langkah kongkrit bersama, yang perlu dirumuskan antara pemerintah dengan pelaku usaha agar tercipta sinergi dalam kontribusi meningkatkan usaha dari sektor ini. Konsep program pemerintah yang dirancang dibuat sedemikian rupa untuk mencukupi dan memenuhi akan kebutuhan bagi para pelaku usaha guna mengembangkan usahanya. Program tesebut misalnya; memberikan pelatihan keterampilan berbasis kebutuhan pasar, membuka akses pendidikan vokasi untuk mendukung pengembangan industri kreatif, memfasilitasi pelaku usaha melalui pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk, legalitas usaha, dan sertifikasi, serta pembuatan hak paten. Upaya lain yang dilakukan seperti melakukan promosi produk lokal melalui platform digital, pameran rutin, serta pemberian insentif berupa subsidi bahan baku atau kredit usaha rakyat juga penting dilakukan. Sedangkan dari pelaku usaha lebih fokus pada inovasi produk dengan mengintegrasikan desain tradisional dan modern, meningkatkan kapasitas tenaga kerja melalui pelatihan, serta memanfaatkan teknologi digital seperti e-commerce dan media sosial untuk memperluas pasar. Kolaborasi dengan komunitas lokal juga menjadi kunci untuk menggali ide kreatif dan menciptakan peluang kerja berbasis kelompok. Sinergi ini dapat direalisasikan melalui pembangunan kawasan ekonomi kreatif yang terintegrasi dengan fasilitas produksi, pelatihan, dan pemasaran, serta program branding terpadu untuk meningkatkan identitas produk lokal di pasar global. Dengan langkah-langkah kesinergian tersebut, diharapkan industry kerajinan di Banten dapat berkembang lebih optimal, guna menampung dan mengurangi tingkat pengangguran di Banten yang masih tinggi.
Keselarasan program pemerintah dengan kebutuhan para pelaku usaha untuk mengembangkan industri kerajinan sangatlah penting, tanpa adanya hal tersebut mustahil akan terjalin kebersamaan membangun budaya ekonomi lokal bisa terwujud.
(Penulis, Dedy Khaerudin, Mahasiswa Doctoral Teknik Industri, UII Yogjakarta).